Tuesday, October 15, 2013
Tuesday, October 8, 2013
Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi
Belajar Bahasa Indonesia dengan Diskusi
1.
Pendahuluan
Pembelajaran (learning) bahasa harus dibedakan dengan pemerolehan (acquiring) bahasa. Jika pemerolehan
bahasa terjadi secara tidak disengaja, maka pembelajaran bahasa diperoleh
dengan sengaja. Jika pemerolehan bahasa terjadi karena kehendak kuat untuk
menjadi bagian (bersoialisasi dengan) atau kehendak kuat untuk dianggap sebagai
warga pemilik bahasa itu, maka pembelajaran bahasa terjadi karena
"keinginan" untuk mengenali kehidupan orang-orang yang mempergunakan
bahasa itu. Jika pemerolehan bahasa
terjadi secara tidak direncanakan, dirancang, disistematisasikan, maka
pembelajaran bahasa terjadi karena pihak lain merancangnya tahap demi tahap,
bahan demi bahan, tujuan demi tujuan. Rancangan dari pihak lain dapat saja
wujud konkretnya menjadi suatu modul atau program pembelajaran, yang tanpa
bantuan orang lain--tanpa guru-- dapat dikuasainya. Jika pemerolehan bahasa
terjadi melalui intake (bahan bahasa
yang meaningful/contextual/functional),
maka pembelajaran bahasa dapat saja terjadi melalui bahan-bahan bahasa tanpa
konteks.
Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka
cara memperoleh (acquiring) bahasa seperti disebutkan di atas diadopsi ke dalam
pembelajaran (learning) bahasa.
Muncullah karena itu cara pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks,
dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan
konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga
mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis
menentukan pilihan-pilihan variasi sosiaolinguistis: siapa mitra bicara, dalam
konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai.
Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan
tingkat keresmian komunikasi.
Mempelajari bahasa
berdasarkan ciri-ciri seperti yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang
secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan
pokok dari belajar bahasa dengan pendekatan itu adalah dicapainya kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar.
Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang meliputi
variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa,
jenis kalimat, urutan unsur-unsur kalimat, bahkan pilihan jenis wacana
tertentu. Karena fungsi bahasa harus menuntun pilihan variasi bahasa, maka mau
tidak mau konteks ( wacana) menjadi pandon
penting.
2.
Tujuan Belajar Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing
Mempelajari bahasa
Indonesia sebagai bahasa asing (termasuk mempelajari bahasa lain sebagai bahasa asing) memiliki
tujuan, yaitu tercapainya keterampilan berbahasa pada diri si belajar (learner). Ia menjadi dapat berbahasa,
dapat berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Namun demikian,
perlu dibedakan adanya dua jenis tujuan, yaitu umum dan khusus. Jika seseorang
mempelajari bahasa asing semata-mata untuk dapat berkomunikasi keseharian dengan
penutur bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan umum. Tercapainya
tujuan umum seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut
BICS (basic interpersonal communication
skills). Oleh karena itu, tekanan penguasaan adalah bahasa sehari-hari
sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan praktis, misalnya bagaimana si
belajar menyapa, menawar, menolak, mempersilakan, mengucapkan
terima kasih, menyatakan penyesalan, mengajak, meminta izin, memintakan izin,
menyela, menyudahi percakapan, berpamitan, memperkenalkan diri, memperkenalkan
temannya, mengeluh, memuji, memberi dan membalas salam, berobat, menelepon,
pergi ke bank, dan sebagainya.
Sebaliknya, jika seseorang
ingin mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diungkapkan dalam
bahasa itu, maka tujuan yang tercapai adalah tujuan khusus. Misalnya, ia ingin
mempelajari kepercayaan yang dianut suatu suku bangsa, atau mempelajari
kebudayaan suatu suku bangsa. Tercapainya tujuan seperti ini mempersyaratkan
tercapainya keterampilan yang disebut CALP (cognitive/academic
language proficiency).
Tentu saja, bahan yang
diajarkan untuk dua jenis tujuan itu berbeda meskipun pendekatan yang
dipergunakan sama; bahkan ciri-ciri kebahasaan bahasa Indonesia yang diajarkan
juga berbeda. Soewandi (1993) menyingkat ciri khas bahasa untuk tujuan
tercapainya BICS menjadi lima kecenderungan: (1) dipergunakannya bentuk- bentuk
kata yang tidak formal, (2) dipergunakannya kosa kata tidak baku, (3)
dihilangkannya imbuhan-imbuhan kata (afiks) dan kata-kata tugas yang tidak
menimbulkan salah tafsir, (4) penulisan yang tidak baku, dan (5) dipakainya
susunan kalimat yang sederhana dan lebih cenderung tidak lengkap. Sebaliknya,
ciri khas bahasa untuk tujuan tercapainya CALP ada lima kecenderungan, yaitu
ditekankannya penggunaan: (1) bentuk-bentuk kata yang baku, (2) kosa kata
teknis dan baku, (3) imbuhan dan kata-kata tugas secara lengkap, (4)
kaidah-kaidah penulisan, dan (5) susunan kalimat yang baku, lengkap unsurnya,
dan pada umumnya lebih kompleks.
Pembelajar bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing dapat memilih salah satu dari kedua tujuan itu meskipun
dapat saja keduanya. Hanya saja, untuk dapat.menguasai CALP, dituntut
dimiliknya BICS lebih dahulu. Mengapa? Karena mereka yang mempelajari bahasa
dengan tujuan CALP pada umunya mereka yang ingin mendalami salah satu aspek
dari kegiatan manusia Indonesia, entah mendalami kebudayaannya, kehidupan
sosialnya, atau politiknya, atau manusianya sebagai paguyupan tertentu
(antropologis). Untuk dapat mencapai tujuan itu, secara metodologis ia harus
menjadi bagian dari kehidupan yang ingin dikenali. Oleh karena itu, mau tidak
mau, penguasaan BICS menjadi penolong yang penting dalam penemuan data yang
diinginkan.Karena pada umumnya pembelajaran bahasa dibedakan menjadi tiga
tingkat--permulaan, tengahan dan lanjutan--kiranya pembelajaran dengan diskusi
hanya cocok diterapkan pada pembelajaran bahasa dengan tujuan tercapainya CALP;
berarti hanya cocok bagi mereka yang sudah ada di tingkat lanjutan.
Judul makalah itu mengacu,
tentu saja, pada tercapainya tujuan belajar bahasa pada tingkat CALP. Mengapa?
Karena belajar dengan diskusi mengandaikan "penguasaan bahasa" sudah
terpenuhi. Pada tingkat CALP ini, pada
umumnya kursus-kursus bahasa Indonesia bagi orang asing menuntut tercapainya
profil kompetensi : (1) mampu berbicara tentang topik-topik tertentu sesuai
dengan bidang minatnya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (2) mampu
mendengarkan pembicaraan dalam seminar, mendengarkan berita-berita dari radio
dan televisi; (3) mampu membaca teks-teks asli (di majalah, atau surat kabar,
terutama untuk memahami ide-ide yang ada di dalamnya), dan (4) mampu
mengungkapkan gagasannya secara tertulis dalam bentuk karangan ilmiah. Jika
pembelajaran pada tingkat BICS si belajar masih lebih berkutat pada penguasaan
bahasa sebagai bekalnya, maka tekanan pembelajaran pada tingkat CALP
lebih-lebih pada bagaimana dengan bekal bahasanya itu ia dapat memahami dan
mengungkapkan idenya kepada mitra diskusi. Ini tidak berarti bahwa bekal
bahasanya sudah dikuasainya secara sempurna. Si belajar masih tetap mempelajari
bahasanya, tetapi boleh dikatakan sudah pada tingkat
"menyempurnakan/memperbaiki".
3.
Diskusi sebagai Salah Satu
Bentuk Pembelajaran Bahasa Asing
Istilah diskusi di sini
berupa suatu konstruk yang oleh penulis diisi pengertian yang sedikit berbeda
dengan istilah diskusi dalam kaitannya dengan debat, dan diskusi dalam
kaitannya dengan bentuk pembelajaran pada umumnya. Pengertian umum diskusi
adalah membicarakan suatu masalah oleh para peserta diskusi dengan tujuan untuk
menemukan pemecahan yang paling baik berdasarkan berbagai masukan. Sebaliknya,
debat adalah pembicaraan tentang suatu masalah dengan tujuan untuk memenangkan
atau mempertahankan pendapat yang dimiliki oleh peserta debat. Sangat mungkin,
pendapat yang dimenangkan bukan yang terbaik.
Diskusi sebagai suatu
bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di mana peserta didik
(murid, mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban bersama) dengan
cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan
kesimpulan. Tentu saja persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi
adalah bahwa bahasa benar-benar sudah sangat dikuasai oleh peserta didik. Guru tidak lagi memberikan perhatian pada
bahasa, melainkan pada isi atau materi diskusi.
Diskusi di dalam makalah
ini diberi pengertian sebagai bentuk pembelajaran bahasa asing, di mana para
peserta diskusi mengemukakan pendapatnya tentang suatu masalah (topik).
Seseorang mempersiapkan pendapatnya secara tertulis dalam bentuk karangan
pendek, kemudian disajikan di kelas. Yang lain memberikan tanggapan secara
lesan. Kebenaran pendapat yang disampaikan, baik oleh penyaji makalah maupun teman-temannya, memang perlu diperhatikan, tetapi yang lebih
ditekankan adalah bahasa yang dipergunakan benar atau tidak. Di samping itu,
kesimpulan pendapat tidak perlu dituntut. Maka, tugas guru (instruktur) lebih
pada merekam (mencatat) kesalahan-kesalahan bahasa apa saja yang dibuat oleh
peserta diskusi.
Konteks diskusi di dalam
makalah ini mirip dengan apa yang terjadi pada pelaksanaan perkuliahan seminar
bahasa dan sastra, atau perkuliahan seminar pengajaran bahasa dan sastra di
program studi atau jurusan bahasa dan sastra. Dalam pelaksanaan perkuliahan
jenis ini, di samping diperhatikan tercapainya kompetensi sebagai pemakalah
dalam menulis makalah, menyajikan makalah, menjawab pertanyaan; dan tercapainya
kompetensi sebagai pemandu, penambat, dan pembahas tertunjuk, juga masih
diperhatikan bagaimana pembahasaan (cara mengungkapkan dengan bahasa)
dalam makalah, bagaimana pemakaian bahasa dalam bertanya jawab, dan menuliskan
tambatan.
Pembelajaran bahasa asing
dengan diskusi jarang terjadi hanya
dengan satu pertemuan, tanpa didahului
oleh pertemuan-pertemuan pendahuluan. Mengapa? Karena untuk dapat berdiskusi
diperlukan bahan diskusi. Oleh karena itu, sebelum bentuk pembelajaran diskusi
dapat diterapkan perlu ada pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk pembelajaran
lain untuk tujuan membekali bahan, baik bahan diskusi maupun bahan bahasanya
sebagai alat diskusi. Menurut pengalaman, dalam suatu kursus bahasa---berarti
terjadi secara terencana, dari pertemuan ke pertemuan yang lain--pelaksanaan
pembelajaran bahasa asing dengan diskusi menjadi efektif jika diawali dengan
pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan topik-topik yang berhubungan; baru pada
awal pertemuan-pertemuan berikutnya (konkretnya pada awal minggu berikutnya)
dilaksanakan pembelajaran dengan diskusi. Bahan diskusi berupa perpaduan
(ramuan atau olahan) dari topik-topik yang dipelajari pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya..
Mengapa bentuk diskusi
cocok untuk pencapaian bahasa tingkat CALP? Menurut pengalaman, belajar bahasa
Indonesia sebagai bahasa asing dengan bentuk diskusi memiliki
keuntungan-keuntungan berikut. Pertama, dengan diskusi, memang materi bahasa
bagi pembelajar "tidak" menjadi fokus perhatian mereka. (Materi
bahasa menjadi perhatian pada waktu persiapan diskusi, yaitu pada waktu
pertemuan-pertemuan pendahuluan). Yang menjadi fokusnya justru bagaimana
pembelajar mengemukakan pendapatnya dengan logika, data, dan gagasannya. Bagi
pembelajar tingkat lanjutan, berarti pada tingkat dicapainya CALP, kemampuan berbahasa
"sudah" mereka miliki. Jadi, rasa takut salah dalam berbahasa sudah
berkurang, atau bahkan dapat dihindari. Kedua, dengan diskusi, pembelajar
"dipaksa" mengemukakan pendapatnya. Keterpaksaan itu justru mendorong
pembelajar--tanpa "takut" salah dalam berbahasa--dengan sekuat tenaga
dan sebanyak yang dimiliki untuk digunakan pada waktu menjadi pemakalah, atau
pembahas, atau pemandu, atau notulis (penambat). Ketiga, semua
keterampilan--mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis--dipelajari. Keempat,
bagi pembelajar lanjut, yang pada umumnya adalah mereka yang duduk di perguruan
tinggi, karena terjadinya transfer of
learning, apa yang pernah diperolehnya--dalam hal ini penguasaan tentang
aturan-aturan membuat makalah, dan sebagainya--dengan mudah dapat dimanfaatkan.
4.
Pelaksanaan Pembelajaran
Bahasa dengan Diskusi
Dengan memakai pengalaman
mengajar beberapa tahun yang lalu, maka pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing dengan diskusi perlu melalui pertemuan-pertemuan pendahuluan dengan
materi diskusi yang saling berkaitan, dan dengan materi bahasa yang
berkelanjutan. Pada pelaksanaan diskusinya sendiri terdapat kegiatan sebagai
berikut. Seseorang ditunjuk menyajikan
apa yang ditulis. Sebelumnya karangan yang disusunnya dibagikan kepada
teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya.
Karena diskusi di sini
merupakan bentuk pembelajaran dan masih tetap ditekankan pada penyempurnaan
penguasaan bahasa, maka tidak diperlukan pemandu khusus. Instruktur sendiri
yang mengatur jalannya "diskusi", di samping tugasnya yang pokok,
yaitu mencatat--syukur dapat merekam-- kesalahan yang dibuat, baik oleh
pemakalah maupun oleh yang lain, terutama kesalahan pada pemilihan kosa kata,
penulisan kata, pemakaian dan pemilihan bentuk kata, pengucapan kata dan
kalimat, penyusuna kata menjadi kalimat, dan menjadi paragraf.
Kesalahan-kesalahan bahasa yang dibicarakan lebih ditekankan pada
penyimpangannya dari kebakuan bahasa seperti yang diuraikan di muka sebagai
ciri diperolehnya kompetensi CALP. Unsur sosiolinguistis dan pragmatis dari
penggunaan bahasa itu juga perlu diperhatikan. Jika dianggap perlu dapat
ditambahkan cultural notes dan etika
berdiskusi. Tentu saja, karena dalam kursus-kursus bahasa asing terkandung
unsur promosi, instruktur perlu juga bercerita sebagai pelengkap (pengayaan)
terhadap topik-topik itu. (sayang tidak tersimpan satu contoh makalah yang
peserta waktu itu).
Poedjosoedarmo (2001) memberikan data
yang menarik., yang terjadi di Amerika serikat sebagai berikut.
“To attain an advanced level
of competence, for example in the USA, where English is a native language, in
most universities students are required to take a test on English, and it means
a test on writing essay. This is why, books on Essay Writing and Thesaurus are
important for college students. Students need to consult to a dictionary of
synonyms or a thesaurus to make them able to chose the right words in their
essays. In Indonesia, to well known intellectuals also spent a lot of times publishing
their writings before they become famous. Good writing skill seems to be very
important in developing advanced language competence.
5. Penutup
Benang merah gagasan di muka dapat
disampaikan sebagai berikut. Pertama, mempelajari BI sebagai bahasa asing memiliki dua tujuan: umum dan khusus. Kompetensi yang akan diperoleh oleh
keduanya berbeda. Mempelajari BI dengan tujuan umum ingin memperoleh BICS,
sedangkan dengan tujuan khusus ingin memperoleh CALP. Bagi mereka yang
mempelajari BI dengan tujuan khusus, tentu saja, perlu memiliki kompetensi
kebahasaan dalam tingkat BICS juga sebagai sarana untuk, misalnya, memperoleh data. Kedua, Kebahasaan
untuk tingkat BICS cenderung bercirikan sebagai bahasa yang tidak standar,
sebaliknya untuk tingkat CALP bercirikan sebagai bahasa standar. Ketiga,
diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing
tidak sama pengertiannya dengan diskusi sebagai bentuk pembelajaran pada
umumnya, dan tidak sama dengan pengertian dengan istilah diskusi dalam
pasangannya dengan debat. Tujuan yang ingin dicapai terutama adalah tercapainya
kompetensi kebahasaan, lebih-lebih pada tingkat CALP. Oleh karena itu, bentuk
pembelajaran ini kiranya cocok untuk pembelajaran bahasa asing pada tingkat lanjut.
Keempat, karena pembelajaran bahasa tidak terjadi hanya dengan satu pertemuan,
melainkan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam periode
terttentu, maka bentuk pembelajaran dengan diskusi hanya mungkin dilaksanakan
setlah pembelajar memperoleh bahan diskusi dan bertambah penguasaan
bahasasanya. Oleh karena itu, seyogyanya pembelajaran dengan diskusi perlu
didahului oleh pembelajaran-pembelajaran dengan bentuk lain dengan materi yang
saling berkaitan.
Daftar Pustaka
Poedjosoedarmo, Soepomo. 2001. “Language
Teaching Approaches and Advanced Level of Language Competence”. Makalah dalam
Seminar on Language and Culture, Sanata Dharma University, August 25.
Soewandi, A.M. Slamet. 1994. “Pengajaran Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing: Tujuan, Pendekatan, Bahan Pengajaran dan
Pengurutannya”. Makalah pada Konferensi Internasional Pengajaran bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing di Universitas Kristen satya Wacana, 20-23
Januari.
------------.
1993. “Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Program SEASSI”, di Seattle, Universitas Washington.
Monday, May 27, 2013
PRESTASI SMPN 1 DUKUN 4 TAHUN TERAKHIR
1. Sepuluh besar OSN (Olimpiade sains Nasional) tahun 2009 Kab. Gresik Bidang Study astronomi (Pembinaan Untuk mengikuti OSN tingkat Propinsi)
2. Juara 1 Kabupaten Bola Volly Tahun 2010
3. Juara 1 Propinsi Bola Volly Tahun 2010
4. Juara II Nasional (O2SN) Bola volly Tahun 2010
5. Peringkat 6 OSN Kabupaten Mapel Matematika tahun 2010
6. Peringkat 9 OSN Kab. Mapel Biologi 2010
7. Juara III Kabupaten Bola Basket Putri Tahun 2011
8. Juara 1 Kabupaten Bola Voly Tahun 2011
9. 10 Besar OSN Kabupaten (mapel IPS,Matematika, Fisika) Tahun 2012
10. Juara I Bola voli O2SN Kab. Gresik Th. 2012
11. Juara I Bola Voli Hardiknas 2012
12. Juara I Bola Voli Putra Se-Kabupaten Gresik, Lamongan 2012
13. 4 atlit Bola voli putra mewakili Tim O2SN Kab. Gresik ke Provinsi Jatim Tahun 2012
14. Atlit atletik (Siti Na’imah) mewakili Tim O2SN Kab. Gresik ke Provinsi Jatim Tahun 2012
15. Juara 1 MBC Basket Turnamen Putri se-Jatim Tahun 2013
16. Juara 2 MBC Basket Turnamen Putra se-Jatim Tahun 2013
17. Juara 1 O2SN Bola Voli Putra Se-Kab. Gresik Tahun 2013
18. Juara 4 O2SN Bola Voli Putri Se-Kab. Gresik Tahun 2013
19. Sepuluh besar OSN Biologi (Mauletha) dan IPS (Maslindawati) Tahun 2013
20. Juara 2 Festival Band SMP Se-Kab. Gresik Tahun 2013
21. Juara 2 Lomba SKJ 2013 se-Kab. Gresik Dalam Peringatan Hardiknas Tahun 2013
Pendaftaran Peserta Didik Baru : Tanggal 17 s.d 20 Juni 2013
Pendaftaran Peserta Didik Baru : Tanggal 17 s.d 20 Juni 2013
1.Melakukan pengajuan OnLine pada situs www.gresik.siap-ppdb.com atau datang
langsung Ke SMPN 1 DUKUN
2. Menyerahkan foto copy NISN atau Surat Keterangan Kepala Sekolah tentang
NISN
3. Melampirkan piagam atau sertifikat prestasi akademik dan non akademik
(jika ada)
4. Melampirkan akte kelahiran/kenal lahir(jika memiiki)
5. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan asal sekolah di luar
Gresik
6. Menyerahkan pas foto 3x4 sebanyak 4 lembar
7. Foto copy ijazah yang telah dilegalisir (1 lbr)dan Menunjukkan Ijazah asli
8. Menyerahkan SKHUN/Danun Asli
9. Semua persyaratan dimasukkan dalam map khusus PPDB (Waktu
Verifikasi)
Tes Akademis tanggal 26 juni 2013
Mapel MAT,BIN,IPA,IPS /Info Dapat dilihat di papan
informasi/internet
Pengumuman:
4 Juli 2013 di www.gresik.siap-ppdb.com atau datang langsung Ke SMPN 1 DUKUN
Sunday, May 26, 2013
Daftar Nama Pemenang lomba-lomba Hari Ulang Tahun SMP Negeri 1 Dukun Ke-31 Tahun 2013
NO
|
NAMA
|
ASAL SEKOLAH
|
PERINGKAT
|
I
|
BOLA
VOLLY
TIM
|
SDN Mentaras Dukun
SDN 2 Bangeran Dukun
SDN Petung Panceng
SDN Petiyin Tunggal Dukun
|
Juara 1
Juara 2
Juara 3
Juara harapan 1
|
II
|
FUTSAL
|
||
TIM
|
SDN Lowayu
SDN 2 Bangeran Dukun
MI Al-Hidayah Serah Panceng
MI YKUI Sambogunung Dukun
|
Juara 1
Juara 2
Juara 3
Juara harapan 1
|
|
III
|
MELUKIS
1.
Muhammad Mu’afi
2.
Leny Maslahatul Hanis
3.
Moh. Agung Baidlowi
|
MI Tarbiyatul Athfal Sumurber panceng
MI Tarbiyatul Athfal Sumurber panceng
MI Al-Karimi Tebuwung Dukun
|
Juara 1
Juara 2
Juara 3
|
IV
|
OLIMPIADE
MIPA
1.
A. Faruq F
2.
Fahri Ramadani
3.
Dwi Puspita Fitriani
|
SDN Tirem Enggal Dukun
SDN Petung Panceng
MI Tarbiyatul Athfal Sumurber panceng
|
Juara 1
Juara 2
Juara 3
|
V.
|
OLIMPIDE
BHS. INGGRIS
1.
Friska Amanda Nur Lailiyah
2.
Istilia Fatma
3.
Muh. Agung Baidlowi
|
MI AL-Islam Tirem Enggal Dukun
MI Tarbiyatussibyan Mentaras Dukun
MI Al-Karimi Tebuwung Dukun
|
Juara 1
Juara 2
Juara 3
|
VI
|
TARTIL
AL-QUR’AN
1.
Salwa Aidatussaffanah
2.
M. Masfu’ Ridlo
3.
Khairina Nirmala
4.
Iffah Al Wafiroh
|
SDN Tirem Enggal Dukun
MI Al-Hidayah Serah Panceng
MI Tarbiyatussibyan Mentaras Dukun
MI Al-Karimi Tebuwung Dukun
|
Juara 1
Juara 2
Juara 3
Juara 3
|
Ditetapkan di Dukun
Pada Tanggal, 23 Mei 2013
Kepala Sekolah,
Anang Fauzi, S.Pd, M.Pd
NIP. 19630702 198303 1 006
Subscribe to:
Posts (Atom)